Sunday, October 5, 2008

Story of Stuff by Annie Leonard

Bagi Anda yang peduli dengan lingkungan, dan tertarik dengan dunia ekonomi, bahasan review kali ini mungkin sangat menarik. Apalagi dengan maraknya tema-tema lingkungan dan greenlife akhir-akhir ini.

Story of Stuff menyajikan cerita tentang bagaimana semua barang di dunia ini diciptakan dan dibawa dalam sebuah rantai; pencarian resources, produksi, distribusi, konsumsi dan pembuangan akhir. Annie Leonard, si pencipta, menyatakan bahwa sebenarnya rantai ini tidak hanya terdiri dari lima area tersebut. Masih banyak aspek-aspek yang termasuk dalam rantai tersebut yang tidak tereksplor yang ternyata sangat kontroversial. Saya rasa Anda harus mendengarkan cerita Annie terlebih dahulu di www.storyofstuff.com, baru Anda dapat benar-benar mengerti apa yang saya maksud dengan kontroversial. Ditambah dengan fakta-fakta menarik, ulasan Annie menjadi sangat masuk akal.

Kontroversi yang saya maksud disini adalah bukan karena Annie mengemukakan suatu teori baru, tapi karena Annie membuka pikiran saya sebagai seorang awam ekonomi makro terhadap konspirasi dibalik ekonomi dunia. Annie mengemukakan bahwa kerusakan dunia (polusi, banjir, hutan gundul, dll), banyaknya penduduk miskin yang bekerja di pabrik, tingginya konsumerisme dunia, menurunnya kualitas barang secara umum, dan banyaknya sampah yang naik 50% dalam 30 tahun terakhir, semua berhubungan. Dan yang paling menggemparkan adalah, Annie menyatakan bahwa semua ini adalah suatu Great Design atau Mahakarya dari pakar-pakar ekonomi dunia, yang awalnya dibuat untuk menyelamatkan ekonomi dunia pada saat The Great Dipression terjadi dulu.

Bagi saya, seorang lulusan Communications, saya sangat tertarik dengan bahasan Annie di bagian antara distribusi dan konsumsi, dimana sangat melibatkan dunia yang saya akan geluti, Advertising, Marketing, Image Building, Brand Management dan teman-temannya. Annie mengemukakan bahwa dunia memang diset agar menjadi sangat konsumtif, dan berbagai cara telah didesign untuk meningkatkan jumlah atau frekuensi konsumsi dunia. Mungkin Anda pernah dengar ibu-ibu protes bahwa barang-barang buatan sekarang cepat rusak dibanding jaman mereka kecil dulu. Atau mungkin Anda sadar bahwa sekarang mode begitu cepat berganti-ganti, bukan hanya di bidang fashion tapi juga elektronik. Apple, misalnya, dapat mengeluarkan produk baru setiap enam bulan sekali, yang otomatis membuat konsumer membeli produk Apple baru setiap enam bulan. Hal ini diperkuat dengan strategi promosi, dimana produk-produk baru ditawarkan dengan menjelek-jelekan produk lama atau produk keluaran merek lain. Hal ini juga diperparah dengan anggapan dari society bahwa jika tidak memakai produk keluaran terbaru, berarti tidak gaul, yang setelah saya perhatikan merupakan kebenaran yang mendekati mutlak di Indonesia. Pada akhirnya konsumer dipaksa untuk menjadi konsumtif. Lalu, apa yang terjadi dengan barang-barang yang tidak gaul lagi hanya dalam enam bulan itu? Jawabannya tentu saja adalah menjadi sampah, dan rantai inilah salah satu jawaban dari kenapa jumlah sampah naik 50% dari 30 tahun yang lalu, karena sampah-sampah yang sebenarnya bukan sampah. Dengan semakin banyaknya sampah tentu saja pembakaran sampah, sebagai salah satu alternatif termudah menghilangkan sampah, akan meningkat, yang berarti polusi dunia karena asap hasil pembakaran yang sangat berbahaya akan juga meningkat.

Lalu, setelah membaca ulasan ini saya bertanya, Bagaimana saya sebagai seorang awam bisa berkontribusi kedalam masalah ini? Dan Annie menawarkan sepuluh rekomendasi termudah yang bisa Anda liat disini. Dari sepuluh rekomendasi itulah saya merasa terajak untuk berkontribusi, dan oleh karena itu menulis review ini. Saya ingin membuat teman-teman semua aware dengan apa yang terjadi di dunia lingkungan pada umumnya, dan ekonomi dunia pada khususnya. Tentu saja hal ini juga sangat berhubungan dengan Global Warming yang memang saya sudah rasakan dampaknya di Belanda ini, yang membuat saya semakin peduli. Tahun ini diberitakan akan menjadi salah satu tahun terdingin dunia karena arus angin sudah tidak normal lagi, yang memang saya rasakan dan sadari bahwa seharusnya cuaca tidak seburuk dan sedingin ini di bulan Oktober. Dan percaya atau tidak saat ini saya sedang menulis review ini dengan selimut tebal dan segelas teh panas. Arnhem sedang hujan setengah badai, dan angin dingin semilir-semilir masuk ke flat tua saya lewat celah-celah jendela.

Kembali kepada cara menerapkan green life, Story of Stuff telah membuat saya aware terhadap apa yang dapat saya lakukan sebagai seorang komunikator. Pilihannya cukup jelas, apakah saya akan bekerja untuk sebuah perusahaan dunia dan menyumbang kedalam rantai penuh konspirasi yang saya tulis tadi, atau bekerja untuk organisasi non-profit atau pengusaha lokal yang mudah-mudahan berada diluar rantai tersebut. Saya bukan seorang yang muluk dan naif. Saya mengakui bahwa saya sangat membutuhkan modal untuk hidup saya, apalagi sebagai seorang starter, dan perusahaan kecil atau non-profit adalah pilihan yang sulit untuk mencari modal. Tapi setidaknya Story of Stuff telah memberikan inspirasi kepada saya bahwa suatu hari, setelah saya bosan mencari modal, saya akan kembali ke organisasi non-profit dan perusahaan-perusahaan kecil atau lokal untuk menyumbangkan ide-ide saya sebagai seorang komunikator. Atau mungkin, suatu hari saya akan alih profesi ke suatu pekerjaan yang jauh dari rantai itu. Mungkin penulis yang menjual bukunya online? Menarik, tapi jelas saya harus mengasah kemampuan menulis saya dulu.

Semoga setelah membaca review ini dan mendengarkan ulasan Annie Leonard Anda terinspirasi dan melihat dunia sekitar Anda, dan menyumbangkan setidaknya satu atau dua poin dari sepuluh rekomendasi tersebut.

PS: Berikut adalah teaser dari issue yang saya kemukakan diatas!



:)

Saturday, October 4, 2008

Tetralogi Laskar Pelangi by Andrea Hirata

Tetralogi Laskar Pelangi adalah The successful out of the blue. Buku ini adalah terobosan baru dalam sastra indonesia, apalagi karena buku ini adalah satu dari sedikit buku yang berhasil di pasaran tanpa mengatasnamakan cinta dan accessible untuk segala umur. Kekuatan tetralogi Laskar Pelangi adalah bukan dibukunya itu sendiri, tetapi di pesan moral yang dibawa, tentang betapa pentingnya pendidikan. Buku pertama, kedua dan ketiga telah terbit, dan berkisah seputar Ikal, seorang anak dari Belitong, dan segala obsesinya di dunia pendidikan. Kehidupan Ikal semakin seru dengan hadirnya tokoh-tokoh menarik dikehidupannya, yang secara tidak sadar telah membantu dia mewujudkan impiannya. Ketiga buku ini adalah seri petualangan yang dapat meninggalkan senyum kecil dan kelegaan hati.

Buku pertama, Laskar Pelangi, adalah buku yang paling menantang yang saya baca akhir-akhir ini. Kesan awal saya pada buku ini adalah terlalu deskriptif, bertele-tele dan repetitif. Sebagai pembaca, saya merasa tidak diajak masuk kedalam alur dan emosi cerita. Sampai tengah buku pun, saya merasa tidak mengenal beberapa karakter dengan dekat, yang menurut saya sangat disayangkan, padahal karakter-karakter itu adalah anggota Laskar Pelangi, yang seharusnya merupakan tokoh penting dalam cerita.Namun dibalik itu semua, membaca Laskar Pelangi adalah membaca dengan penuh kesederhanaan. Kesederhanaan itu didapat dari cerita yang dibawakan lewat kacamata dunia anak-anak, yang tidak mengenal intrik-intrik yang memusingkan. Ceritanya pun juga sederhana dan merupakan sebuah petualangan, walau sayang bahkan sampai hampir halaman terakhir buku ini, saya tidak melihat konflik nyata sehingga buku ini minim klimaks. Tapi mungkin, setelah saya pikir-pikir, mungkin memang begitu dunia anak-anak, konflik adalah rapot jelek dan hukuman membersihkan wc, sederhana. Setelah selesai membaca buku ini, yang membuat saya jatuh cinta adalah bukan karena karakternya, bukan karena cara penulisannya, dan bukan juga karena orang bilang buku ini bagus, tapi karena kesan yang saya dapat setelah saya membaca halaman terakhir dan menutup buku ini, rasa bersyukur telah mendapat pendidikan. Buku ini adalah sedikit buku yang berhasil membuat pembacanya melihat kebawah, ke realita hidup, hanya dari kesederhanaan dunia anak-anak sd. Buku ini telah membawa saya ke ingatan masa kecil, dimana saya tidak mau sekolah dan pura-pura sakit perut, dimana saya bolos sekolah untuk pacaran, dan bolos dikantin untuk makan bakso. Setelah dipikir-pikir dan setelah membaca buku ini, saya mungkin adalah satu dari banyak manusia yang tidak bersyukur untuk pendidikan yang saya dapatkan dengan mudah. Tapi saya tetap tersenyum, dan berterimakasih, karena saya juga adalah satu dari banyak orang yang bisa bersekolah tanpa harus berkorban banyak.

Buku kedua, Sang Pemimpi, berfokus pada mimpi, dan segala upaya untuk meraih itu. Berangkat dari satu mimpi untuk bersekolah di Paris, Andrea Hirata menyajikan cerita bagaimana dua pemuda berusaha mati-matian untuk tetap bersekolah. Buku kedua dibawakan dengan cara becerita yang lebih inviting dibandingkan dengan Laskar Pelangi. Ditambah dengan beberapa latar, Belitung, Bogor, Jakarta, ceritanya jadi serasa lebih beragam. Dari segi perasaan, kalau pernah nonton Sex and the City the Movie, Sang Pemimpi memberikan perasaan yang sama, naik turun, naik turun, naik turun.. sedih senang.. sedih senang.. sedih senang.. dan diakhir cerita hanya satu kata; Puas. Jujur, saya sangat menikmati buku kedua. Tetapi kesan yang paling dalam setelah selesai membaca buku ini adalah bahwa semua memang berawal dari sebuah mimpi, yang dulu sewaktu kecil kita kategorikan sebagai cita-cita. Ternyata, setelah direnungkan, memang hidup tanpa mimpi itu susah, susah dalam arti kita tidak tahu tujuan akhir kita apa. Dicerita ini, karena tujuan mereka sudah jelas, setiap keringat dan darah mereka ya adalah untuk cita-cita itu. Saya jadi berpikir, mungkin mimpi (atau cita-cita) adalah satu dari banyak hal yang membuat hidup menjadi lebih sederhana.

Buku ketiga, Edensor, adalah buku yang paling dekat dengan saya, karena ada beberapa bagian yang menceritakan tentang Belanda dan perasaan-perasaan pertama kali datang ke Belanda, yang menurut saya sangat riil. Buku ketiga juga disajikan lewat petualangan, namun cara penuturannya lebih dewasa dan teratur. Saya sangat menikmati buku ketiga, yang memang sangat berbeda dari buku pertama, dari segi cara bercerita. Kesan yang paling melekat dengan saya dari buku ketiga adalah perasaan yang Andrea Hirata gambarkan tentang perasaan bangga terhadap Indonesia yang tidak pernah saya rasakan saat saya di Indonesia. Di buku ini digambarkan bahwa setiap mendengar kata Indonesia dari mulut orang asing, dan bagaimana indahnya Indonesia (dan Bali terlebih!), dan bagaimana Anggun sangat terkenal di Perancis, perasaan bangga berlebih dan senyum yang tidak dibuat-buat selalu ada. Dan saya, sebagai seorang yang tinggal di luar negeri, juga sempat merasakan itu apalagi ditahun-tahun pertama saya. Selain itu, buku ini juga bercerita tentang susahnya sekolah dalam bahasa inggris untuk pertama kalinya, terlebih dengan keharusan bersaing dengan orang-orang eropa yang 'sulit'. Jadi kesimpulannya, sepanjang buku ini saya selalu tersenyum dan saya bersyukur bahwa saya tidak hanya bisa membaca pengalaman Andrea Hirata, tapi juga merasakannya itu semua dalam hidup saya.

Andrea Hirata bisa dibilang sebuah sukses besar di dunia literatur Indonesia. Ia adalah satu dari sedikit manusia biasa yang tiba-tiba terlahir sebagai penulis. Dan sebagai a new comer, karyanya bukan hanya satu buku, tapi sebuah tetralogi, yang orang-orang bilang kesukesesannya hampir menyamai tetralogi Pramoedya. Jujur sebelum membaca karya Andrea Hirata, saya tidak punya ide sama sekali tentang siapa dia, dan cerita macam apa yang ia sajikan. Pertama melihat judul dan sampulnya pun, saya merasa kurang tertantang. Satu-satunya alasan saya membaca Laskar Pelangi sama dengan alasan pertama saya membaca Harry Potter jaman smp dulu, penasaran. Namun, seperti saya katakan diatas, saya sangat puas dan penasaran saya terjawab. Saya hanya berharap semua orang membaca tetralogi ini dan mudah-mudahan tetralogi ini dapat merubah pandangan Indonesia terhadap pendidikan, khususnya para orang tua dan dunia muda tentang keharusan mengenyam pendidikan.

PS: 1. Film Laskar Pelangi, yang diambil dari buku pertama tetralogi Laskar Pelangi sudah dapat ditonton di bioskop-bioskop di Indonesia sejak 25 September 2008. 2. Buku keempat dari tetralogi ini, Maryamah Karpov, akan terbit akhir tahun ini.

:)